Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/
Benarkah suratkabar Soenting Melajoe, terbit pertama kali 10 Juli 1912, sebagai perintis suratkabar perempuan? Adakah fakta sejarah yang mendukung bahwa perintis suratkabar perempuan adalah Roehana Koeddoes? Menempatkan Soenting Melajoe sebagai suratkabar pertama untuk perempuan jelas merupakan penafikan sumbangan suratkabar sejenis yang beredar sebelum itu. Sebagai catatan sejarah, ia perlu diluruskan. Bagaimanapun, ada sejumah fakta yang terlewatkan.
***
Perkenalan dengan alat cetak yang dibawa orang Inggris dan Belanda awal abad ke-17, telah dimanfaatkan orang Belanda, Indo-Eropa dan Tionghoa untuk bisnis percetakan dan penerbitan. Bahasa Melayu yang relatif lebih dikenal luas masyarakat Nusantara menjadi pilihan bahasa yang digunakan untuk produk penerbitannya. Di beberapa kota di Jawa dan Sumatera, terbit suratkabar dan majalah berbahasa Melayu. Di Jakarta saja, waktu itu, ada sekitar 20-an suratkabar dan majalah berbahasa Melayu.
Menjelang pergantian abad ke-19, kesemarakan bisnis penerbitan, berdampak sangat luas. Masyarakat makin banyak yang bisa baca-tulis. Bersamaan dengan itu, adanya perubahan kebijaksanaan Belanda di tanah jajahan, telah mendorong pemerintah kolonial mendirikan sekolah-sekolah. Makin bertambahlah orang yang pandai baca-tulis. Di situlah, bisnis penerbitan seperti mendapat lahan subur.
Dalam suasana demikian, beberapa orang pribumi yang sekolah di Belanda atau yang baru kembali ke Tanah Air, mulai menyadari pentingnya peranan pers. Inilah salah satu faktor tumbuhnya kesadaran di kalangan kaum terpelajar kita, untuk juga terjun di bidang percetakan dan penerbitan. Lahirlah pers pribumi, yaitu usaha penerbitan surat kabar atau majalah yang dikelola dan dibiayai pribumi sendiri. Bahasa yang digunakannya kebanyakan bahasa Melayu, meskipun ada pula yang berbahasa daerah.
Salah satu suratkabar yang menonjol waktu itu adalah Soenda Berita. Berkala mingguan ini terbit pertama kali di Cianjur, Februari 1903. Pengelolanya Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Biaya penerbitan dibantu Bupati Cianjur, R.A.A. Prawiradirdja. Komentar Takashi Shiraisi (1997): “Inilah suratkabar pertama yang dibiayai, dikelola, disunting, dan diterbitkan oleh orang bumiputra.” Itulah awal lahirnya pers nasional.
Setelah Soenda Berita memperoleh kemajuan dan kantornya pindah ke Betawi, Tirto Adhi Soerjo mengembangkan sayap usahanya. Terbit kemudian sedikitnya 10 suratkabar dan majalah, dua di antaranya yang menonjol, Medan Priyayi (Januari 1907) dan Poetri Hindia (1 Juli 1908). Poetri Hindia inilah, suratkabar pertama khusus wanita yang terbit di Nusantara. Di bawah nama Poetri Hindia tertulis: “Soerat Kabar dan Advertentie boeat Istri - Hindia”.
Bahwa Poetri Hindia terbit sebagai suratkabar pertama yang dikelola dan khusus ditujukan untuk pembaca wanita, tentu saja ada faktor yang melatarbelakanginya. Pada tahun 1878, misalnya, telah terbit Insulinde. Berkala mingguan yang diterbitkan Kolff ini, secara tegas mencantumkan subjudulnya: “Weekblad voor Nederlandse Inlandsche Vrouwen en Meisjes.” Tirto Adhi Soerjo dalam Soenda Berita, juga memberi ruang yang begitu luas bagi pembaca wanita. Sebuah artikel berjudul “Pelajaran buat Perempuan Bumiputera” yang dimuat secara berturut-turut dalam Soenda Berita No. 20—23, Tahun II, 1904 menunjukkan perhatian para pengelolanya dalam usaha mengangkat dan memberdayakan kaum wanita.
Pemimpin usaha Poetri Hindia, Tirto Adhi Soerjo dan Tirtokoesoemo (Bupati Karang Anyar). Tetapi pemimpin redaksi dan redaksinya, kecuali Laura Staal –sejak 15 April 1910 diganti J. Binkhorst-Martel, hampir semua dipegang para istri pejabat berbagai daerah, seperti R.A. Tjokro Adi Koesoemo (Cianjur), R.A. Soehito Tirtokoesoemo (Karang Anyar), R.A. Hendraningrat (Tanggerang), R.A. Fatimah dan R.A. Arsad (Jakarta), S.N.N. Salim (Kotagadang), R.A. Siti Habiba (Bogor), R. Sinta Mariana (Cilegon), R.A. Mangkoedimedjo (Yogyakarta), Prince Fatima (Bacan), R.A. Tirtoadiwinoto (Ponorogo), R.A. Pronggowinoto (Rembang), Soeida (Makasar), R.A. Soetanandika (Ciamis), R.A. Gandaatmadja (Bandung).
Keterlibatan para istri pejabat dari berbagai daerah itu sekaligus memperlihatkan besarnya pengaruh dan luasnya jangkauan peredaran suratkabar itu. Surat-surat pembaca yang datang dari pelosok Tanah Air, juga merupakan bukti mengenai itu. Isinya, selain sambutan antusiasme atas terbitnya Poetri Hindia, juga hasrat mereka untuk mengirimkan tulisannya. Mereka sadar pentingnya wanita Indonesia mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan.
Dari sejumlah nama tadi, beberapa di antaranya, justru sudah dikenal sebagai penulis. R.A. Hendraningrat yang nama aslinya Raden Roso Siti Haerani, misalnya, mula-mula menulis dalam bahasa Belanda. Setelah menikah dengan Asisten Wedana Teluknaga, Tanggerang, ia banyak menulis untuk Poetri Hindia. Sejak 15 Februari 1909, wanita yang pernah bekerja sebagai klerk di Departement Onderwijs dan memperoleh persamaan hak sebagai bangsa Eropa itu, diangkat sebagai Hoofdredactrices. Raden Ajoe Soehito Tirtokoesoemo, termasuk penulis yang produktif. Sebagai guru sekolah gadis di Karanganyar, ia sangat menyadari pentingnya kaum perempuan mengungkapkan gagasannya lewat media massa. Raden Ajoe Siti Habiba juga dikenal sebagai penulis berkat bimbingan suaminya, Tirto Adhi Soerjo.
Sebagian besar tulisan dalam Poetri Hindia, di samping menyajikan berbagai berita yang terjadi pada masa itu, juga memperlihatkan titik tekan pada usaha penyadaran pada pentingnya mengangkat harkat dan kemajuan wanita Indonesia. Oleh karena itu, harus disingkirkan adat-istiadat yang membelenggu. Maka, pendidikan (sekolah) sebagai langkah yang mutlak dilakukan kaum wanita, agar terhindar dari kebodohan dan keterbelakangan. Meskipun persoalan adat-istiadat yang mengekang dan pendidikan bagi kaum wanita mendapat sorotan, beberapa tulisan lain berisi imbauan untuk tidak meninggalkan fitrah kewanitaan, kewajiban menjaga kehormatan dan tugas sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Sebagai suratkabar wanita pertama berbahasa Melayu yang dikelola pribumi, jelas Poetri Hindia memperlihatkan kontribusinya yang luar biasa. Ia tidak hanya menyemaikan ide-ide pembaruan dan kemajuan bagi wanita di negeri ini, tetapi juga mendorong kaumnya untuk tidak terkungkung dalam kehidupan rumah tangga. Sejumlah tulisan bahkan berisi desakan agar kaum wanita terlibat aktif dalam kehidupan kemasyarakatan, pendidikan, dan organisasi sosial. Dalam usia Poetri Hindia yang relatif singkat (1908--1913) itu, ia sungguh telah menempatkan kehadirannya sebagai perintis. Dari sana, lahir para penulis wanita. Belakangan, mereka ikut menyemarakkan suratkabar atau majalah sejenis yang terbit kemudian.
***
Tanggal 10 Juli 1912, di Padang terbit suratkabar Soenting Melajoe yang dipimpin Roehana Koeddoes. Jelas di sini, bahwa Soenting Melajoe, bukan koran pertama yang sasaran pembacanya khusus wanita. Dengan begitu, Roehana Koeddoes bukan pula perintis suratkabar atau majalah wanita. Bulan Oktober 1912, di Brebes, Jawa Tengah, terbit pula majalah dwimingguan wanita, bertajuk Wanito Sworo. Majalah yang dicetak Boedi Karja, Kediri itu, berukuran 12 X 20 cm, dengan tebal antara 14--16 halaman. Redaksi terdiri dari empat orang. Dua pria: Ngabei Basah Roewio Darmobroto dan M.B. Padmodihardjo dan dua wanita: R.A. Sabingoe dan R.A. Siti Soendari. Sampai edisi No. 9, Th. III, Juni 1914, susunan redaksinya tidak mengalami perubahan, sama seperti rubrikasinya yang mempertahankan bentuk semula.
Selain Siti Soendari yang dikenal sebagai penulis Poetri Hindia, penulis wanita lainnya yang karyanya dimuat Wanito Sworo, antara lain, Siti Hendoen Zaenaboen, Soeratoen, Rr Oenoen Andiloen, R.A. Latip, Rr Soelastri, dan Soemirah Margolelo. Senada dengan Poetri Hindia, berbagai tulisan dalam Wanito Sworo selalu menekankan pentingnya pendidikan bagi kaum wanita dan keharusan wanita memperoleh kemajuan. Yang menarik adalah adanya beberapa artikel yang mengangkat kemajuan yang dicapai wanita di negara-negara lain.
Suratkabar lain yang juga ditujukan khusus wanita adalah Poetri-Mardika, terbit 1 April 1914. Subjudulnya berbunyi: Soerat kabar memperhatikan pihak perampoean boemi poetra di Insulinde, di kaloearkan tiap-tiap boelan sekali, oleh perhimpoenan Poetri-Mardika, dan di berikan pertjoema pada anggota-anggotanja.” Mulanya, suratkabar ini memang dimaksudkan sebagai media komunikasi antar-anggota organisasi Poetri Mardika, sebuah organisasi wanita yang dibentuk tahun 1912 atas prakarsa para anggota Budi Utomo Cabang Jakarta. Belakangan setelah banyak tanggapan, ia meluaskan jangkauan pembacanya.
Dari sejumlah tulisan yang dimuat media itu, tampak bahwa pembacanya mencapai berbagai pelosok tanah air. Tulisan-tulisan yang dikirim itu ada yang berbahasa daerah, Melayu, Inggris, dan Belanda. Tetapi redaksi hanya menerjemahkan yang berbahasa daerah dan Inggris. Lalu, bagaimana misi majalah ini? Kutipan dari sebuah artikel yang dimuat Poetri-Mardika, No. 12, Th. II, 1916, berikut ini memperlihatkan hal tersebut: “... Soedah moelai dalam congres permoelaan berdirinja B.O. (Boedi Oetomo) para boediman inget pada hidupnja fehak perampoean jang moesti diobah djoega dan diganti alamnja. Tida tjoema fehak lelaki sadja, tetapi djoga fehak perampoean haroes bersama sama menoentoet ilmoe, jaitoe jang mendjadi piranti pertamakali boeat sendjata goena njampoernakan peroebahan alam tadi.”
Sebagian besar tulisan, berisi anjuran tentang pentingnya pendidikan bagi kaum wanita. Bahkan organisasi Poetri-Mardika juga menawarkan beasiswa untuk tujuh orang wanita yang hendak bersekolah di HBS dan sekolah pemerintah lainnya. Penekanan pada pentingnya pendidikan bagi wanita, diungkapkan R. Ajoe Katidjah Abdoerachman dengan imbauan agar anak perempuan tidak cepat kawin: “Kami akan gembira dengan seloeroeh hati kami djika anak anak prempoean dilarang oentoek kawin di bawah oemoer delapan belas tahoen....”
Februari 1918 redaksi Poetri-Mardika dibagi dua, yaitu redaksi berbahasa Melayu dan Belanda. Tetapi sejak Januari 1920, format susunan redaksi, termasuk isinya, semua berbahasa Belanda. Selepas itu, Poetri-Mardika tidak jelas lagi nasibnya.
***
Selain Poetri Hindia, Wanito Sworo, dan Poetri-Mardika, masih ada lebih dari 13-an media cetak wanita yang terbit pada dua dasawarsa abad XX. Media cetak itu, di antaranya, Panoentoen Istri (Bandung, 1918), Soeara Perempoean (Padang, 1918), Estri Oetomo (Semarang, ?), Perempoean Bergerak (Medan, 1919), Djuaharah (Fort de Kock, 1922), Doenia Isteri (Weltevreden, 1922), Istri Merdeka (Bandung, 1923), Barisan Istri (Bandung, 1925), Koemandang (Malang, 1925), Soeara Aisjijah (Yogyakarta, 1925), Alsjarq (Padang, 1928), Istri Soesila (Solo, 1928), Wasita (Yogyakarta, 1928), Doenia Istri (Surabaya, 1928).
Penelitian yang dilakukan Maman S. Mahayana (2000) terhadap sejumlah suratkabar dan majalah wanita itu, menyimpulkan bahwa sumbangan besar media wanita itu adalah lahirnya begitu banyak penulis wanita yang berasal dari berbagai daerah dengan profesi yang beragam. Sebagian besar tulisan mereka menekankan pentingnya pendidikan sebagai pintu gerbang memasuki kemajuan. Sebagian lainnya mengimbau agar adat-istiadat yang merugikan kaum perempuan, disingkirkan. Ringkasnya, media khusus wanita itu telah dimanfaatkan para pengelolanya untuk menyebarkan ide-ide emansipasi yang ternyata berhasil sangat efektif!
Sesungguhnya, masih banyak hal menarik yang terdapat dalam suratkabar dan majalah wanita itu yang belum terungkapkan. Itulah tugas para peneliti untuk menempatkannya secara wajar dan menggalinya lebih jauh lagi.
(Maman S. Mahayana, Pengajar FIB-UI, Depok)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar