18/11/08

Sekeranjang Sastra tanpa Sayembara

Nurdin Kalim, Rofiqi Hasan (Bali)
http://majalah.tempointeraktif.com/

Meski lahir tanpa lewat sayembara, karya para pengarang perempuan menjadi fenomena yang memperkaya dunia ini.

Suatu hari pada tahun 1983, Ida Ayu Oka Rusmini hijrah ke Bali dengan hati gundah. Di tanah leluhurnya itu, Oka berhadapan dengan sekeping realitas: perempuan Bali masih berada di persimpangan. Mereka berhadapan dengan hal-hal baru, sementara pakem-pakem adat istiadat tertanam kuat dalam struktur masyarakat Pulau Dewata itu. Tak ada pilihan, bila ingin maju, mereka harus siap menghadapi benturan sosial.

Bertolak dari kenyataan kultural itulah Oka mulai menggoreskan karyanya. "Saya ingin terus menjadi saksi Bali dan perempuannya yang sedang berubah, kemudian menuangkannya menjadi tulisan sastra yang menarik," ungkap perempuan kelahiran Jakarta, 11 Juli 1967, ini.

Oka mengawali karier kepengarangannya sebagai penulis puisi. Dari situ ia terbang ke cerpen dan akhirnya berujung di novel. Tiga novelnya—Sagra, Tarian Bumi, dan Kenanga—telah diterbitkan menjadi buku. Bahkan novel keduanya, Tarian Bumi, menjadi fenomenal sekaligus kontroversial. Novel itu dengan sangat terbuka menghantam keadaan yang melingkupi kehidupan perempuan di kalangan bangsawan Bali yang masih sangat feodal. Dan dalam konteks adat istiadat Bali, novel kedua Oka itu dipandang sebagai sebuah pemberontakan terhadap adat.

Di luar novel-novel sayembara, juga ada Cala Ibi karya Nukila Amal pada 2003. Nun di Maluku, cala ibi adalah nama burung sejenis kolibri. Tapi, dalam goresan Nukila—gadis kelahiran Ternate, Maluku Utara, pada Desember 1971—Cala Ibi disematkan sebagai nama seekor naga. Menurut Nukila, tema sentral novel itu sebetulnya perjuangan seorang manusia—yang kebetulan berjenis kelamin perempuan—di sebuah kota besar. Sang gadis harus menyesuaikan hidupnya dengan nilai-nilai yang dianggap baik—tentu menurut kacamata sosial.

Sebuah tema sederhana, memang. Namun, di tangan Nukila, menjadi istimewa ketika tema itu dipolakan dalam bentuk angka delapan yang bersisipan, bolak-balik, tak runtut, fragmentaris. Pola itu juga dijalaninya dalam proses menulis. Meloncat-loncat. Karena itu, ia sempat mengirimkan salah satu bagiannya sebagai cerita pendek berjudul Laluba ke Jurnal Kalam pada November 2001—sebuah naskah yang berusia cukup lama, yang ditulisnya sejak 1997.

Tarian Bumi dan Cala Ibi tergolong novel yang memikat. Sejumlah kritikus sastra memuji keduanya. Tarian Bumi dianggap sebagai novel yang membuka ruang wacana pembebasan perempuan—terutama di Bali. Novel itu juga dijadikan topik studi Harry Aveling dari Latrobe University, Australia, dan Sinta Situmorang dari program pascasarjana kajian wanita di Universitas Indonesia.

Sedangkan novel Cala Ibi oleh sastrawan Budi Darma disebut sebagai novel eksperimental. "Bahasa metafora yang digunakan Nukila serba menabrak logika," ujarnya. "Karena mimpi dipuja, realitas ditabrak, realisme digempur, sebagai konsekuensinya filsafat diusung masuk. Maka suara eksistensialisme pun masuk," Budi menambahkan.

Kehadiran Oka dan Nukila juga ikut memperkuat deretan novelis perempuan kita. Sebab, dalam sejarah panjang sastra Indonesia, pengarang perempuan memang tak sebanyak pengarang pria. Novelis perempuan tertinggal sekitar 13 tahun dari novelis pria. Seperti diketahui, baru pada 1933 terbit novel Kalau tak Untung karya Selasih, karya yang dianggap sebagai tonggak kemunculan pengarang perempuan dalam jagat sastra Indonesia. Dan kini, hingga tahun 1995, hanya dijumpai 45 nama novelis perempuan Indonesia.

Waktu terus bergulir. Jagat sastra Indonesia kembali tersentak tatkala Ayu Utami muncul dengan novel Saman. Novel perdana Ayu itu dinobatkan sebagai pemenang pertama sayembara penulisan novel yang digelar Dewan Kesenian Jakarta pada 1998. Dan terlepas dari kontroversi yang mengikutinya kemudian, penobatan itu seakan menjadi perayaan atas "kebangkitan" pengarang perempuan kita. Sebab, beberapa tahun berselang, selain Oka dan Nukila yang disebut di atas, muncul novelis perempuan lainnya. Mereka masih belia, rata-rata berusia 20-an tahun. Mereka pun tak lahir melalui proses sayembara penulisan sastra—seperti halnya Ayu.

Sebut saja Dewi Lestari, Dinar Rahayu, Fira Basuki, Nova Riyanti Yusuf, Herlinatiens, dan Rachmania Arunita. Belakangan muncul Stefani Hid. Gadis kelahiran Surabaya, Jawa Timur, tahun 1985 itu Rabu pekan lalu meluncurkan novel perdananya, Bukan Saya, tapi Mereka yang Gila. Novel setebal 184 halaman itu berkisah tentang seorang gadis 17 tahun yang berjiwa labil, berasal dari keluarga broken home. Nian—begitu nama gadis belia itu—senantiasa gamang dalam melangkah, sehingga ia menganggap semua tindakannya adalah kebodohan. Dan satu di antara kebodohannya itu: ia menikmati hubungan gelap dengan seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang telah beristri. Nah, ketegangan-ketegangan dalam hubungan "cinta terlarang" itulah yang mewarnai novel karya mahasiswi desain grafis Universitas Trisakti, Jakarta, tersebut.

Di luar para novelis, muncul pula sejumlah penulis cerpen perempuan. Ada Djenar Maesa Ayu, misalnya, yang meluncurkan buku kumpulan cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet!. Lalu Linda Christanty dengan kumpulan cerpennya Kuda Terbang Mario Pinto. Yang disebut terakhir ini baru diluncurkan pada Maret lalu. Kepada TEMPO, Linda mengaku bahwa cerpen-cerpennya itu sesungguhnya bertemakan percintaan. "Hanya, percintaan yang tragis," ujar Linda.

Secara keseluruhan, buku Kuda Terbang Mario Pinto cukup menarik. Kita bisa menemukan realisme yang menantang: kaya dengan detail cerita, keunikan watak para tokohnya, dialog-dialog nan bernas, dan deretan kalimat yang lincah. Linda mengungkapkan, untuk menemukan kata yang pas dalam sebatang kalimat, misalnya, ia merenung sampai berhari-hari. "Hanya gara-gara mencari satu kata yang pas, saya sampai enggak bisa tidur," kata pengagum Ronald Dahl dan Isabel Allende ini.

Begitulah. Sepanjang lima tahun terakhir, jagat sastra Indonesia memang dilimpahruahi puluhan karya sastra pengarang perempuan, baik berupa novel, kumpulan cerpen, maupun buku antologi puisi. Bila melihat kondisi ini, ungkapan sastrawan Sapardi Djoko Damono bahwa "masa depan sastra Indonesia berada di tangan perempuan" rasanya tak berlebihan.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita