28/11/08

Kasak-Kusuk Problematika Kebudayaan Massa

Hardi Hamzah*
http://www.lampungpost.com/

ROMANTISME kebudayaan massa, kiranya masih bersikukuh pada lahan ide dan diskursus yang tidak implementatif.

Dua ribu delapan sebagai tahun tikus, kenyataannya musti menggererek pula di proses kebudayaan. Binatang yang biasa mengerat ini, hanya membuat gigitan spontan kemudian perlahan mengunyahnya, meski tikus perlambang dari kerakusan yang menahan diri.

Pusaran budaya dunia, kenyataannya demikian pula, maka ketika ribut ribut soal Golden Globe (semacam Piala Citra dari PWI) di Inggris, sesungguhnya kebudayaan masa yang telah merampok kebudayan sebagai suatu kemurnian.

Demikian pula ketika festival di Cile tentang akulturasi kultur Amerika Latin, Meksiko, dan Brazil lebih banyak menampilkan tanggo dan samba yang western alias bernafas kebudayaan massa.

Demikianlah, kebudayaan massa tidak terbendung. Sosok di belahan Eropa Utara, telah menjadikan kaum nudis punya maskot sendiri dari kemenangan perjuangan Eropa Utara. Dunia ketimuran juga memainkan peran ini. Siklusnya berputar pada pencurian kebudayaan oleh Malaysia, dan pencotekan lukisan di Asia Tengah (Kazakstan). Inilah suatu fenomena.

Lalu, apakah sebenarnya kebudayaan massa itu, apakah kebudayaan yang telah inheren, bahkan setidaknya telah "nikah siri" dengan proses- proses mental manusia, sehingga gugusannya bermain pada tingkatan kekuatan glamor, drug, dan berbagai dimensi maksiat lewat dunia maya dan dunia realitas?

Prinsipnya, kebudayaan massa identik disfungsional bagi idiom etik, moralitas agama dan aspek spiritual animisme lainnya. Kebudayaan massa mengeluarkan anyir yang baunya tak tertahankan. Padahal, dalam semangatnya, terutama yang ditulis oleh sejarawan politik George Mc Turnan Kahin dalam bukunya Revolution and Political Movement (1947), jelas dieksplanasikan, kebudayaan massa sebagai suatu ideal tipikal penataan strata dan pranata sosial masyarakat.

Kalau komunitas itu beragama melewati kebudayaan massa, ujar Kahin, akan terjadi perjuangan yang ketat dalam kehidupan. Persoalannya, barangkali tidak pada strata sosial yang benar, ini selalu terjadi di dunia ketiga. Kebudayaan massa dan religiositas berkutat di sarang penyamun kenyamnan dan kenikmatan sejenak. Kebudayaan massa, kini "kembar siam" dengan berbagai variabel pekat (penyakit masyarakat). Patologi adalah telah mentransformasikan politik kebudayaan menjadi muara dari seluruh variabel di luarnya, sehingga kalau kita bicara ekonomi, kata konsumtif yang ketemu, bicara politik identik kerakusan kekuasaan, bicara sosial identik kejahatan dengan berbagai dimensinya, dan ketika kita harus sungguh-sungguh bicara kebudayaan, yang ketemu sinetron, film seks, plastik seremoni tradisi, dan aspek-aspek ikutannya.

Dalam dinamika itu, kebudayaan massa berpilar pada siklus antara das sien dan das sollen. Kita tidak meninggalkan sesuatu yang tidak terjual. Kebudayaan massa, lalu buru-buru kita ingin "nikahkan" dengan semangat keagamaan. Inilah proses yang tidak pernah ketemu. Sebagai guru ngaji masak kita akan paksa berkawan dengan pencampur minuman keras (bartender). Artinya, kita selalu ingin mendesakkan sesuatu yang frontal di luar akar kebudayaan yang penuh perubahan. Ini, sesungguhnya "kejahatan kemanusiaan".

Kebudayaan massa sebagai "anak kandung" globalisasi yang menikah dengan kapitalisme dan liberalisme, mendasarkan dirinya pada human material, di mana kebudayaan ini memperkosa dan merampok serta meremas-remas puting kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional, sehingga anak-anak muda, mudah sekali orgasme dalam geliat kebudayaan ala teenager ini. Di sinilah sebenarnya, kecelakaan muncul dan bersandar pada wilayah paling hakiki dari perilaku generasi muda.

Kebudayaan massa menekuk-nekuk kerohanian, jati diri, dan berbagai aspek lainnya yang pada gilirannya mencerabut seluruh nilai-nilai. kehormatan kita. Kebudayaan massa, kalaulah kemudian ingin dipaksakan menikah dengan cagar budaya di ruang (wilayah) kebudayaan Timur, ia tak pelak hanya akan melahirkan "anak haram" tanpa wajah. Karena itu, anak ini sampai tua akan terus memakai topeng.

Paradigma apa yang dapat menjelaskan, bahwa kebudayaan massa bisa lebih terhormat di mata generasi yang selalu berperang dengan nafsu? Pada galibnya, ruang anasir kebudayaan massa lahir karena diberi asupan gizi yang cukup dari media massa, terutama ekslarasi teknologi informasi yang sedemikian pesat. Dengan asupan gizi berstandar instan, acapkali pula kebudayaan massa melakukan hubungan badan dengan reaksi reaksi psikologis irasionalnya kaum muda.

Dalam kaitan tersebut, kebudayaan massa dengan leluasa memamerkan tubuhnya di atas pentas kehidupan. Di atas tubuh kebudayaan massa, termuat banyak aksesori, seperti pearcing, tindik, rok mini, goyang Inul, dan seabrek lagi perilaku transseksual lainnya. Kebudayaan massa kemudian mengayuh biduk kebudayaan popo dan komersialisasi gaya hidup di tengah sungai dan lautan generasi muda. Samuderanya begitu besar, menggelembungkan semangat konsumerisme, elitisme, dan new midle class (kelas menengah baru) yang rentan inteligensi, ia terus mengayuh biduk dengan penumpang bervarian.

Kendati biduk tak pernah sampai ketepian, namun biduk kebudayaan massa, mampu menstimulasi instuisi generasi muda untuk sulit turun dari biduk itu untuk menjadi generasi yang sebenarnya. Barangkali Gramscy yang mampu mempetakan kebudayaan massa ke stratifikasi sosial secara faktual, sehingga dapat diidentifikasi mengapa kebudayaan (instan) massa ini dapat meraih tempat tersendiri di kalangan kaum muda dan kalangan jetset lainnya.

Penjelasan Gramscy, sekaligus memberikan solusi bagi kita yang berfondasi moralitas agama. Gramscy melihat kebudayan massa mudah berproses dan ditangkap di negara berkembang karena ketika akulturasi antara Utara (maksudnya negara maju) dan Selatan (negara dunia ketiga, negara-negara di Utara dengan serta merta mengambil pilar-pilar religiositas generasi muda, karena pranata generasi di Selatan rentan, di mana proses proses akulturasi selalu ditumpangi oleh miras, narkoba, pesona surga lewat aksesori seks bebas dan lainnya. Akibatnya, kebudayaan massa tidak hanya berada di titik akulturasi, tetapi justru mengambil sebagian dari roh dan kesenyawaan global.

Alternatifnya, kebudayaan massa di Indonesia tidak memiliki pilihan dalam akselerasinya. Dengan demikian, model-model sederhana yang signifikan untuk menguatkan generasi masa depan sesungguhnya harus berstandar pada dua nilai das sollen dan das sien meski ini memang tidak mudah.

*) Peneliti Madya pada Institute for Studies and Consultation of Social Sciences (INSCISS)

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita