Sutejo
Ponorogo Pos
Masih ada yang tersisa di balik pelepasan Budi Darma sebagai guru besar Unesa tanggal 8 Desember 2007 lalu. Di balik cerita para penulis macam Lang Fang, Yati Setiawan, Mashuri, Audex, Kurnia Fabiola, dan Budi Darma sendiri. Yati Setiawan, seorang ibu rumah tangga yang berkarya banyak bercerita tentang pengalaman kepenulisannya. Sebuah perjalanan yang menarik untuk dipelajari. Yati Setiawan sendiri adalah isteri dosen Unesa yang juga menulis: Wawan Setiawan.
Apa yang menarik dari pengakuan dalam seminar itu. Berikut yang dapat penulis refleksikan (a) bahwa dia banyak belajar menulis dari suaminya, (b) komunitas rumah penulis untuk share dan berbagi (filosofi komunitas penulis), (c) pentingnya motivasi yang kuat, (d) dia tidak paham sastra dan teori menulis, pokoknya menulis, (e) penulis itu seperti kelelawar, dan (f) pentingnya komunikasi dengan media melalui redaktur budayanya. Sebuah kejujuran –yang barangkali—menarik jika kita mau nyantrik pada pengalaman Yati Setiawan. Seorang ibu rumah tangga yang membanggakan.
Sebagaimana sering saya ungkapkan dalam berbagai kesempatan, menulis itu memang dapat dipelajari dari berbagai segi (a) bisa dari teks langsung sehingga kita terapkan jurus ATM (Amati, Tirukan, dan Modifikasikan) atau N3 (Niteni, Nirokne, dan Nambahi), (b) bisa dari akuan jujur proses kreatif para tokoh, dan (c) bisa berangkat dari seperangkat teori menulis sebagai penuntun. Mana yang paling efektif, tergantung pada karakter kita sebagai calon penulis.
Saya sendiri lebih menyukai langsung berjalan. Langsung praktik. Karena menulis itu seperti analog sisi kehidupan kita lainnya (a) menulis itu seperti naik sepeda, (b) menulis itu seperti berjalan, (c) menulis itu seperti merangkai bunga, dan (d) menulis itu seperti berkata. Dan seterusnya. Jika anak kecil yang baru berjalan diajari tentang teori berjalan dan berbicara, maka saya tidak dapat membayangkan apa yang terjadi. Tentu, jika Anda memiliki kesadaran hati untuk menulis maka akan memilih alternatif pertama dan kedua. Berangkat dari contoh langsung atau dari pengalaman yang menggerakkan dari penulis yang lain.
Apa yang menarik yang perlu direfleksikan dari pengalaman kreatif Yati Setiawan? Pertama, pengaruh suami yang penulis. Jika analog berikut kita terima, tentu sebenarnya saya punya saran lain: mungkin bukan suami beneran saja tetapi juga “suami bayangan”, boleh. Artinya suami yang bersifat imajinatif. Bukankah tidak banyak wanita yang beruntung dapat suami seorang penulis (karena itu, sebenarnya isteri adalah termasuk isteri yang beruntung). Kejujurannya yang luar biasa menimbulkan gelak tawa di ruang pelepasan guru besar Budi Darma. Dan memang, menulis butuh kejujuran.
Dengan kata lain, sebenarnya penting disadari dalam menumbuhkan kepenulisan “orang tercinta” adalah penggerak utama. Dan inilah pengalaman Yati. Orang tercinta boleh jadi memang tidak mengajari langsung seperti Wawan Setiawan, tetapi --bisa jadi— konteks tertentu hanya memancing imajinasi, ide, dan menyuntikkan gairah saja. Untuk terakhir ini, banyak terjadi: WS Rendra, Hamsad Rangkuti, Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, HU Mardiluhung, dan lain sebagainya. Persoalannya adalah bagaimana merawat pengalaman ini agar produktif? Jika mencintai orang lain maka salah satu hal menariknya adalah menyukai apa yang mereka sukai. Artinya, jika menulis adalah hal inspiratif dari kekasih, wah alangkah indahnya jika dapat bertemu di wilayah yang terbebas dari polisi asusila, aparat hukum, dan aturan agama. Sebuah wilayah cinta yang tidak terbatas karena memang cinta tidak terbatas. Sekat perkawinan, misalnya, hanyalah formalitas, rasa dan hati bisa tamasya seluas negeri pertiwi yang kita impi.
Sebuah pergulatan guru-murid yang mewaktu. Tak beruang, tak berselang. Tak bersekat, tak berkiblat. Alir dalam pergulatan “cinta bermakna”. Cinta yang menceritakan. Dalam logika kepenulisan potret Yati-Wawan Setiawan adalah idaman. Di sinilah sebuah wilayah pengembaraan luas seperti dua rajawali melihat dunia dari segala sisi dan segi.
Kedua, komunitas keluarga sebagai penulis memang sebuah keberuntungan besar. Keluarga Yati, sebagaimana banyak dikatakan orang adalah keluarga menulis. Meskipun sejak kecil praktis tidak ada orang yang berniat memutuskan diri menjadi penulis. Seringkali, menulis sebagai cita-cita alternatif setelah terpaksa. Setelah bidang-bidang lainnya tidak tergapai. Sayang, ideologi kita belum sampai pada ruh hidup ini. Untuk ini, komunikasi menulis di keluarga sungguh merupakan idaman penting. Anak-anak Yati Setiawan (dua orang), keduanya sampai sekarang aktif menulis di majalah muda Nova. Dan dia sendiri tulisannya banyak dimuat di majalah wanita seperti Kartini, Pertiw, Femina, dan Nova. Juga, di koran Surya, Surabaya Post dan Jawa Pos. Mengapa komunitas penting?
Pengalaman Yati adalah sebuah cermin menarik. Mereka saling dapat mengritik dan menilai, memberi masukan demi perbaikan sebuah tulisan. Dalam proses penulisan awal, Yati Setiawan, banyak didorong oleh kesabaran Wawan Setiawan yang tekun mengedit aspek kebahasaan karena memang pengalaman hidup Yati tidak memiliki pengalaman ini. Sebagaimana dituangkan dalam proses kreatifnya, Ketika Saya Memulai Menulis (makalah presentasi dalam seminar nasional tanggal 8 Desember 2007), Yati, begitu dekat dan berhutang pada suami dan anak-anaknya.
Ketiga, pentingnya motivasi yang kuat. Motivasi adalah pangkal. Tempat bermula dari segala asal. Motivasi kuat dengan sendirinya melahirkan etos kuat. Meski Yati tidak mencertikan motivasi dengan berbagai ragamnya, tentu maknawinya adalah rambah ke dalam macamnya. Motivasi internal meletup dari diri penulis, menggelora setiap kala. Sedangkan motivasi eksternal, tentu komunitas keluarga adalah panglimanya. Di samping idola Yati yang menggerakkan segala laku kepenulisan. Motivasi eksternal ini jika dieksplorasi bisa beragam macam: populeritas, honor, pengakuan, kekaguman, dan sebagainya. Untuk ini jika Anda memanfaatkan motivasi yang kuat bukan mustahil kenikmatan kepenulisan pada kalanya akan menghampiri Anda.
Keempat, ketidaktahuannya tentang teori menulis. Pokoknya menulis. Di sinilah beda praktisi dan teoritisi. Wilayah kepenulisan adalah dunia nyata sedangkan teori kepenulisan adalah dunia awang-awang tempat ruang mitologis yang banyak dibincang tetapi hilang pijak. Bersepakat dalam akuan ini, tentu, saran pentingnya adalah jika pengin menulis menulislah. Tuangkan saja. Di situlah pengalaman empirik akan jadi tongkat penuntun daripada bergayung pada perahu teori tetapi terdampar di karang kepenulisan yang terjal.
Di sisi lain, hal menarik yang dapat dipelajari dari penulis ini adalah sebuah perjalanan “manusia kelelawar”. Memang, penulis tidak jarang juga yang kemudian tidak bisa tidur di waktu malam (semacam imsomnia), kemudian dalam keadaan inilah motivasi menulis mengalir, termasuk laku lainnya yang mengiringinya: membaca. Penulis memang sering tidak bisa tidur, dan karena itu, sering melampiaskan dendamnya dengan membaca dan menulis. Sebuah wilayah keterasingan yang menarik manakala mau dan mampu mengoptimalkannya sebagai sarana penting pemupukan tumbuhan bernama tulisan.
Manusia kelelawar? Metaforik kelelawar ia akan “liar” dan kembara di waktu malam, istirah di siang yang terang. Banyak penulis memang yang gerak alir kepenulisannya terjadi di waktu lengang (malam). Tetapi, di sebagian penulis lain justru terjadi sebaliknya. Jangan lupa, makna ajarnya adalah keunikan adalah warna melekat di masing-masing penulis.
Pada sisi lain, ternyata, di balik pengakuan proses kreatif Yati Setiawan ada pengalaman unik tentang kedekatannya dengan redaktur media. Dengan demikian, meskipun seringkali redaktur mengaku tidak terpengaruh dengan nama dan orang paling tidak, hukum kemanusiaan tetap berjalan. Kalau memang layak, kenapa tidak. Dan, bisa jadi, satu hal yang menarik bisa jadi dapat didahulukan untuk kepentingan tertentu. Jika Anda pengin menulis maka mengenal media termasuk redakturnya bukanlah hal haram untuk dilakukan.
Hal itu dapat melahirkan dua keuntungan penting (a) lahirnya jaringan informasi dan karya, dan (b) lahirnya motivasi karena dekat pusat informasi. Persoalannya adalah bagaimana memanfaatkannya untuk pengembangan kepenulisan? Hal ini sangat berpulang dan bergantung pada kita sendiri. Yang menjadi masalah bagaimana cara membangunnya? Dalam berbagai even seringkali redaktur ini “turun gunung”, maka untuk menumbuhkannya karena itu pentingnya kita juga hadir dalam even-even sosial kepenulisan sebagai “kawah candradimuka”. Sebagai upaya membangun ghirah dan motivasi menulis dalam perjalanan yang mewaktu. Pergulatan ini mengingatkan pada pengalaman Hilman, Gola Gong, dan Arswendo Atmowiloto.
Apa yang dapat kita lakukan? Semuanya tergantung kekuatan lahir batin kita, karena semuanya memungkinkan untuk mendorong lahirnya motivasi menulis di satu sisi dan pada sisi lain akan melahirkan hal lain yang bersifat gerak. Merawat karakter manusia kelelawar tentunya akan menjadi pijar yang menggetarkan.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar