06/08/21

Novel Orang-Orang Bertopeng (9)

Dimuat bersambung di harian Sinar Harapan, edisi 27 Maret-10 Mei 2002
 
Teguh Winarsho AS
 
Perempuan tua yang ikut mengejar laju mobil terus berlari sekuat tenaga. Ia seperti tak mau ketinggalan dengan para lelaki yang mendahuluinya. Entah apa yang mendorong perempuan tua itu mengejar laju mobil. Bukankah lebih enak tinggal di rumah? Dan, jika memang perlu mengetahui kabar yang dibawa oleh pengendara mobil itu, bukankah juga lebih enak jika menunggu para lelaki itu pulang? Kalau memang benar hanya kabar yang ia butuhkan, sangat mudah didapat. Tetangga kanan kiri, bahkan tanpa diminta pun pasti akan bercerita. Jadi untuk apa ia mesti berlari? Untuk apa memaksakan diri? Salah-salah justru bisa celaka? Jatuh?
 
Angin bertiup kencang. Debu berhamburan di udara siang. Perempuan tua itu mengurangi kecepatan larinya. Nafasnya terengah-engah. Rambutnya semakin acak-acakan tidak karuan. Keringat mengucur deras dari sekujur tubuhnya. Kini tidak ada lagi orang yang menyapa atau menyuruhnya pulang. Semua orang mulai sibuk dengan pikiran masing-masing.
 
Mobil kijang berhenti di depan balai desa. Di sana ternyata sudah banyak warga kampung yang menunggu. Diantaranya Keucik Basran dan orang-orang kepercayaannya. Tiga orang laki-laki, berbadan tegap, kekar, keluar dari mobil. Pakaian mereka bagus dan rapi. Salah seorang dari mereka kemudian meraih megafon lantas berteriak lantang; "Saudara-saudara sekalian warga kampung Pegasing yang kami hormati. Kami datang membawa kabar gembira. Beberapa hari lalu kami berhasil menangkap gerombolan orang bertopeng yang selama ini bertindak brutal, mengacau wilayah kita. Tapi tidak semuanya bisa kami tangkap karena jumlah mereka sangat banyak. Mereka sekarang masih berkeliaran di hutan. Untuk itu kami harap warga kampung Pegasing untuk sementara ini jangan masuk wilayah hutan terlalu jauh. Berbahaya!" Orang itu berhenti sejenak mengatur nafas. "Oh, ya, kami juga telah menyelamatkan tiga orang warga kampung Pegasing yang beberapa waktu lalu diculik gerombolan orang bertopeng…." lanjutnya memberi isyarat pada dua rekannya agar membawa keluar Kamdin, Simar dan Hikman dari dalam mobil.
 
Warga kampung Pegasing yang memenuhi halaman balai desa bersorak gembira menyambut tiga orang warganya yang sebelumnya diduga telah dihabisi oleh gerombolan orang bertopeng. Tepuk tangan dan kalimat-kalimat pujian membahana seperti acara dalam sebuah pesta. Beberapa orang melonjak-lonjak girang. Beberapa orang lagi berdekapan haru. Ya, kebahagiaan menyembul di setiap wajah warga kampung Pegasing yang sebelumnya terlihat redup, suram. Keucik Basran kemudian membungkuk-bungkuk menyalami tiga orang berpakaian rapi, berbadan tegap itu, mengucap beribu trimakasih.
 
Tapi, ketika ketiga orang berpakaian rapi itu masuk ke dalam mobil yang lantas berjalan pelan meninggalkan balai desa, seorang warga kampung yang kebetulan berpapasan dengan mereka di tikungan jalan di luar desa mengatakan, bahwa ia tak melihat tiga orang berpakaian rapi di dalam mobil. Yang ia lihat ialah tiga orang berpakaian hitam dan bertopeng. Ia berani diambil sumpah!
 
Beberapa orang percaya dengan cerita itu. Beberapa orang lagi tampak ragu-ragu, dan beberapa orang lainnya tidak percaya sama sekali. Sayang, baik Khamdin, Simar maupun Hikman tidak bisa dimintai keterangan karena mendadak kelakuannya mirip orang gila. Ada jahitan panjang dibagian belakang kepala mereka seperti habis robek disayat benda tajam. Satu persatu warga kampung akhirnya pulang. Mereka ingin cepat sampai rumah dan menceritakan apa yang baru saja mereka lihat pada istri dan anak-anak yang setia menunggu di rumah. Tapi mendadak langkah mereka terhenti ketika terdengar suara gedibam benda jatuh diikuti teriakan kesakitan.
 
Tampak seorang perempuan tua terkapar di jalan memegangi dadanya yang sesak. Bergulingan menahan sakit luar biasa.
 
"Hamidah, Hamidah. Kenapa dia?!" seseorang berteriak sambil berlari menghampiri perempuan tua itu.
 
“Pasti penyakitnya kambuh lagi.”
 
"Tadi sudah aku suruh pulang. Kenapa masih ikut juga?"
 
"Ya, tadi aku juga sudah menyuruhnya pulang."
 
"Aku juga."
 
Sementara orang-orang ribut bicara, Hamidah, perempuan tua itu terus mengerang kesakitan, diselingi batuk-batuk serak, mengeluarkan lendir dan darah kental. Dadanya naik turun. Tubuhnya bergetar.
 
"Mungkin dia menunggu Hasan, anaknya."
 
"Pasti. Dia sangat kehilangan Hasan."
 
“Penyakitnya semakin parah karena Hasan belum pulang.”
 
"Ya, sudah lama Hasan tidak pulang."
 
"Juga Salman."
 
"Ya, Salman."
 
“Kenapa tadi kita tidak menanyakan keberadaan Hasan dan Salman?
 
Orang-orang seketika terdiam. Sementara Hamidah terus mengerang. Tapi semakin lama semakin pelan hingga tidak terdengar sama sekali. Hamidah pingsan. Orang-orang kampung terkejut segera menggotong tubuh Hamidah, dibawa pulang. Beruntung di rumah itu ada Fatma yang setia menemani. Dua jam lebih Hamidah pingsan. Sekujur tubuhnya penuh balsem. Ketika membuka mata, Hamidah merasakan udara samar seperti dipenuhi kabut. Orang-orang kampung sudah pulang. Hanya Fatma duduk di tepi ranjang.
 
Hamidah membuka mata dan menggerak-gerakkan tubuhnya, seperti ingin bangkit dari ranjang. Wajahnya terlihat pucat seperti mayat.
 
"Jangan terlalu banyak bergerak dulu, Bu," Fatma menasehati. “Ibu harus banyak istirahat…”
 
"Aku... Aku... Kenapa, Fatma?"
 
"Ibu tadi pingsan. Orang-orang kampung lalu membawa Ibu pulang."
 
"Pingsan? Di mana?"
 
"Di dekat balai desa."
       
"Tapi......" Hamidah menatap langit-langit kamar, seperti sedang berusaha mengumpulkan semua ingatannya. Dahinya berkerut.
 
"Sudahlah, Bu, tidak usah dipikirkan. Sekarang sebaiknya Ibu makan agar tenaga Ibu pulih. Bukankah sejak pagi Ibu belum makan?"
 
Hamidah mengangguk.
 
Fatma meraih sepiring bubur putih di atas meja disodorkan pada Hamidah. Kesetiaan Fatma pada calon ibu mertua sudah tidak diragukan lagi. Setiap hari Fatma menemani Hamidah. Bahkan Fatma kemudian rela melepas pekerjaannya di kota pada saat orang lain kesulitan mencari kerja. Kedengarannya memang agak aneh dan konyol. Tapi itulah keputusan Fatma. Dan, memang, tanpa kehadiran Fatma nasib Hamidah pasti akan merana dan terlunta-lunta.
         
Para perempuan, tetangga kanan kiri, ternyata hanya pada awal-awalnya saja sering menjenguk Hamidah. Bahkan diam-diam menjadikan rumah Hamidah sebagai tempat berkumpul sekadar untuk berbagi cerita. Beberapa hari kemudian sepi. Tapi Fatma bisa memaklumi, mereka tentu juga punya kesibukan masing-masing. Dan ini mungkin lebih baik dari pada mereka terus nganggur atau hanya ngrumpi padahal kebutuhan perut tak pernah berhenti, terus minta diisi.
         
Bagi Fatma, Hamidah sudah ia anggap seperti Ibu sendiri. Jauh, jauh sebelum cinta tumbuh bersemi antara dirinya dengan Hasan. Dan mungkin juga jauh sebelum ia  menghirup udara segar dunia --- hubungan keluarga Hamidah dan keluarganya sudah terjalin baik. Karena itu rasa sakit yang dialami Hamidah, Fatma juga turut merasakan. Begitu pula sebaliknya. Kebahagiaan, kesedihan, selalu menjadi milik bersama.
 
Tapi malam ini, tubuh Hamidah  panas sekali. Sesekali kejang seperti step. Fatma bingung dan cemas. Tentu ini bukan panas biasa. Fatma sudah berusaha mengompres dengan kain, tapi panasnya tidak mau turun juga. Fatma semakin bingung. Apalagi ketika mendengar Hamidah terus mengigau menyebut-nyebut nama Hasan. Suaranya serak, parau. Hati Fatma pedih seperti diiris-iris.
 
Ada keinginan untuk minta bantuan pada tetangga kanan kiri, tapi Fatma  masih meragukan keberaniannya keluar rumah pada malam seperti ini. Belum lama dari kejauhan terdengar kentongan dipukul lima kali berturut-turut pertanda harus hati-hati jika keluar malam. Juga lolong serigala menyayat membangkitkan kenangan Fatma pada cerita-cerita tentang makhluk semacam hantu atau peri. Sementara panas Hamidah tidak kunjung turun. Fatma kawatir sesuatu buruk akan menimpa Hamidah. Tapi jika harus keluar rumah sendirian rasanya Fatma juga tidak berani.
 
Fatma terus menimbang-nimbang apakah keluar mencari bantuan tetangga atau tidak. Jarak terdekat rumah Hamidah dengan rumah tetangga sekitar lima puluh meter, melintasi ladang kosong, jembatan bambu dan kuburan. Fatma ngeri jika harus lewat jembatan dan kuburan. Karenanya Fatma mencari alternatif lain. Tapi rumah siapa? Di mana? Fatma benar-benar bingung. Cemas. Gelisah.
 
Letih Fatma menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Lama. Lama sekali. Angin malam tiba-tiba berdesir meniup kantuk Fatma. Lelap tidur Fatma ditemani sepi...
 
(bersambung)
***

http://sastra-indonesia.com/2021/08/novel-orang-orang-bertopeng-9/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita