21/11/20

RAJA ALI HAJI: BAPAK KESUSASTRAAN MELAYU

Maman S. Mahayana *
 
Kalau bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Klasik, maka kesusastraan Indonesia lahir karena dukungan sastra klasik yang tersebar di kepulauan Nusantara, seperti Bali, Jawa, Sunda, atau Melayu. Khusus dalam pembicaraan yang menyangkut kesusastraan Melayu Klasik, tentu saja Abdullah bin Abdulkadir Munsyi tidak dapat dilewatkan. Beberapa karyanya yang terkenal, antara lain Syair Singapura Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura ke Kelantan, Hikayat Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, dan Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah.
 
Para pengarang lain yang terkenal adalah Nurrudin ar-Raniri dan Hamzah Fansuri dengan syair-syair tasawufnya, Tun Sri Lanang dengan Sejarah Melayu-nya, dan Raja Ali Haji dengan Gurindam Dua Belas-nya. Yang terakhir inilah yang membawa nama Raja Ali Haji lebih dikenal sebagai sastrawan, meskipun ada sebagian buah tangannya bukan karya sastra. Bahkan, karyanya yang menyangkut masalah tata bahasa Melayu amat penting artinya dalam menelusuri sejarah bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia. Demikian juga dengan karya lainnya yang mencakupi bidang sejarah, pendidikan, etika, dan perkamusan.
 
Sastra Sejarah
 
Siapakah sesungguhnya sosok Raja Ali Haji yang terkenal dengan Gurindam Dua Belas-nya itu? Sejauh mana peranannya dan apa kontribusinya sehingga ia dianggap penting dalam perjalanan dan perkembangan kesusastraan Indonesia? Mengingat karya-karya Raja Ali Haji mengangkat ihwal dunia Malayu dan ia lahir dan dibesarkan dalam komunitas Melayu, maka adakah sumbangan pemikiran Raja Ali Haji bagi pembangunan kebudayaan komunitas yang lebih luas; kebudayaan sebuah bangsa. Bagaimana pula relevanansinya dengan problem kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini? Pertanyaan-pertanyaan lain tentu saja masih dapat kita kemukakan. Semakin jauh kita mencoba mencermati karya-karya Raja Ali Haji, boleh jadi semakin dalam kita terperangkap pada pesona dan daya pikat kecermerlangan gagasannya yang tersimpan dalam sejumlah karyanya itu. Sebagai usaha mencoba menjawab berbagai pertanyaan itu, mari kita telusuri buah pemikirannya.
 
Dari sejumlah karya Raja Ali Haji, dua buah di antaranya mengandung aspek sejarah yang penting. Kedua karya itu adalah Silsilah Melayu dan Bugis dan Segala Raja-Raja dan Tuhfat al-Nafis. Kedua karya itu tentu saja kedudukannya setara dengan Sejarah Melayu. Bahkan, berdasarkan isinya, karya Raja Ali Haji dapat dikatakan telah memenuhi syarat ciri-ciri penulisan sejarah modern.
 
Dalam kedua buku itu, Raja Ali Haji yang nama lengkapnya Raja Ali Haji ibn almarhum Yang Dipertuan Muda Raja al-Sahid fi l-Sabili l-Lahi Ta’ala telah mencantumkan waktu kejadian dalam hampir setiap persitiwa yang diceritakannya. Seperti yang tertuang dalam Silsilah Melayu dan Bugis dan Segala Raja-Rajanya, kegiatan orang Bugis di Kalimantan, Kepulauan Riau, dan di Semenanjung Melayu pada sekitar tahun 1700-an sampai 1737, digambarkan secara mengesankan.
 
Yang menarik dari buku yang ditulis tanggal 15 Rabiulakhir 1282 itu adalah adanya bentuk syair yang sebenarnya merupakan kesimpulan atau rangkuman keseluruhan cerita. Sementara gaya penyajiannya sebagian ditulis dalam bentuk prosa. Pantaslah jika kemudian banyak sarjana Barat yang tertarik pada karya Raja Ali Haji ini.
 
Dalam tahun yang sama, tepatnya tanggal 3 syakban 1282 H, Raja Ali Haji menulis Tuhfat al-Nafis. Isinya menceritakan silsilah raja-raja Melayu, Bugis, Siak, Johor, sampai berdirinya Singapura oleh Rafles. Dalam buku ini pun, setiap peristiwa selalu ditandai penanggalan atau tarikh. Lebih daripada itu, isi ceritanya tidak lagi bersifat dongeng atau mitologi, di samping disebutkan juga berbagai sumber sejarah yang telah digunakannya. Jadi, di dalamnya ada semacam daftar kepustakaan. Menurut Liaw Yock Fang, karya ini bersifat Bugis sentris bahkan kadang-kadang bersifat anti-Melayu.
 
Beberapa Karya Lain dan Sumbangannya
 
Di samping kedua karya yang telah disinggung terdahulu, serta Gurindam Dua Belas (1263 H) yang berisi nasihat dan pendidikan agama, masih ada karya lain yang cukup penting untuk dibicarakan. Dari karya-karya itu pula, akan terlihat bahwa Raja Ali Haji tidak hanya menulis karya sastra, tetapi juga karya di luar bidang kesusastraan, seperti etika, pendidikan, sejarah, perkamusan, dan tata bahasa.
 
Karyanya yang ditulis dalam tahun 1394 H berjudul Tamratu l-Mukaddimah Rajulah. Isinya membicarakan masalah etika dan adab kesopansantunan pergaulan. Sedangkan Syair Siti Syarah berisi nasihat bagaimana menjadi wanita yang baik. Senafas dengan pendidikan etika ini, diceritakan pula dalam Suluh Pegawai tentang pedoman hidup yang patut dan layak dijalani manusia sebagai makhluk Tuhan dan warga masyarakat. Sebuah karya lagi hingga kini belum dapat dipastikan isinya, berjudul Taman Permata.
 
Sementara itu, ada dua karya Raja Ali Haji yang menyangkut soal bahasa, yaitu Kitab Pengetahuan Bahasa Penggal Pertama (1275 H) dan Kitab Bustanul Katibina Li-s-Subyani l-Muta’alimin. Kitab Pengetahuan Bahasa merupakan buku tata bahasa Melayu dan kamus logat Melayu, Johor, dan Lingga. Jadi buku ini juga merupakan kamus monolingual Melayu pertama yang disusun pribumi,
 
RAHAda tiga hal yang merupakan keistimewaannya. Pertama, buku tersebut diawali puji-pujian. Mengagungkan kebesaran Allah dan salawat kepada Nabi Muhammad. Kedua, Raja Ali Haji secara baik telah menerapkan metode dan teknik leksikografis tradisi Arab yang berasal dari metode al-Khalil abad ke-8 M. Ketiga, di bagian lain Raja Ali Haji juga menggunakan metode Kufa yang dipelopori al-Syaibani yang sezaman dengan al-Khalil. Kedua metode itu kemudian dikombinasikan, disesuaikan dengan palafalan ejaan Melayu. Penerbit al-Ahmadiah Singapura, lalu menerbitkannya pada tahun 1345 H atau 1928 M.
 
Sementara mengenai Kitab Bustanul Katibina yang pada tahun 1901 diperkenalkan van Ronkel, kabarnya kitab aslinya berbentuk naskah dari cetakan batu (litografi). Di bawah judul tersebut terdapat tulisan yang berbunyi: Kitab Perkebunan dan Jurutulis Kanak-Kanak yang Hendak Menuntut Belajar akan Dia. Menurut Harimurti Kridalaksana, buku ini memuat penjelasan Raja Ali Haji mengenai pembagian kelas kata, yang bersumber pada pembagian kelas kata bahasa Arab.
 
Ada tiga jenis kelas kata yang dikemukakan Raja Ali Haji, yaitu ism (nomina atau kata benda), fi’il (verba atau kata kerja), dan harf (partikel). Apabila dihubungkan dengan pembagian kelas kata oleh Aristoteles, maka apa yang dilakukan Raja Ali Haji tidaklah menampakkan perbedaan besar. Dalam hal ini, Aritoteles pun membagi kelas kata menjadi tiga, yaitu onoma (kira-kira sama dengan nomina atau kata benda), rhema (hampir sama dengan verba atau kata kerja), dan syndesmos (lebih kurang serupa dengan partikel).
 
Dalam bahasa Indonesia pembagian kelas seperti di atas juga pernah dikemukakan Anton M. Moeliono tahun 1966. Ia membagi kelas kata (Moeliono menggunakan istilah rumpun kata) bahasa Indonesia dalam tiga jenis, yaitu rumpun verbal, rumpun nominal, dan rumpun partikel. Yang disodorkannya tentu saja merupakan hasil penemuannya sendiri yang disusun berdasarkan kaidah pemakaian bahasa Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, ia memerinci ketiga rumpun kata tersebut ke dalam anak-anak rumpun, lengkap dengan contoh dan kasus-kasusnya dalam bahasa Indonesia.
 
Yang dilakukan Raja Ali Haji adalah hasil dari pengaruh konsep kelas kata bahasa Arab. Seperti yang dikutip Harimurti dari naskah salinan yangn berhasil diperolehnya, Raja Ali Haji menguraikan sebagai berikut: “Bermula yang diperbuat perkataannya itu tiadalah sunyi daripada perkara; pertama pada bahasa Arab, yakni nama; kedua fi’il yakni perbuatan; ketiga harf.” Dengan demikian jelas bahwa Raja Ali Haji mencoba menerapkan kelas kata bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu. Sebab itu pula, van Ronkel mengatakan bahwa Kitab Bustamul Katibina bukan berisi uraian tata bahasa Melayu, melainkan tata bahasa di dalam bahasa Melayu.
 
Mengenai pengaruh tata bahasa Arab ini, pada mulanya para ahli mengalami kesulitan dalam melacak, siapa cikal bakal yang membagi kelas kata dalam bahasa Arab menjadi tiga jenis itu. Dalam Bustanul Karibina, Raja Ali Haji sama sekali tidak mencantumkan buku-buku tata bahasa Arab yang digunakannya sebagai sumber rujukannya.
 
Tetapi akhirnya dapat diketahui bahwa sumbernya berasal dari Al-Kitab yang ditulis seorang sarjana keturunan Persia, Siwabaihi. Tokoh inilah yang kemudian oleh para ahli bahasa Arab hingga kini dianggap sebagai Bapak Linguistik Arab.
 
Perintis
 
Pengenalan lebih dekat terhadap Raja Ali Haji—dan juga tokoh lainnya— tentu saja penting artinya, tidak hanya untuk mengetahui latar belakang dan karya-karya yang dihasilkannya, melainkan juga guna mengetahui apa sumbangannya bagi ilmu pengetahuan. Gambaran tentang Raja Ali Haji yang umumnya hanya dikenal sebagai sastrawan, ternyata belum cukup jika hanya sampai pada Gurindam Dua Belas saja.
 
RAH Lewat karyanya Tuhfat al-Nafis dan Silsilah Melayu Bugis dan Segala Raja-Rajanya, ia juga termasuk seorang sejarawan. Bahkan boleh dikatakan sebagai perintis penulisan sejarah modern di wilayah Melayu, seperti juga Tun Sri Lanang dan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Sementara dari karya Bustanul Katibina dan Kitab Pengetahuan Bahasa nyata bahwa beliau juga seorang bahasawan. Ia pun merupakan penduduk nusantara pertama yang menyodorkan konsep pembagian kelas kata tradisi Arab dalam bahasa Melayu.
 
Raja Ali Haji sebagai putra kelahiran Pulau Panyengat, Tanjung Pinang, Riau, rupanya menyadari tanggung jawab kepada tanah leluhurnya, Kendati ia dibesarkan di lingkungan bangsawan Riau keturunan Bugis, ia tetap akrab dengan masyarakat sekitarnya. Di sisi lain, beliau pun dikenal sebagai penganut garis keras dan konservatif dalam menentang Inggris. Itulah sebabnya, karya Raja Ali Haji yang lain sengaja tidak dipopulerkan oleh orang-orang Inggris.
 
Raja Ali Haji yang lahir tahun 1808 ini termasuk juga seorang penganut tasawuf yang taat. Ajaran tarikat Nakhsyahbandiah dan kemahirannya berbahasa Arab akan mudah dapat kita tangkap pada bagian pembukaan di hampir semua karyanya. Demikian juga dengan nasihat dan pendidikan moral acap kali ia selipkan dalam uraiannya. Raja Ali Haji hampir tidak pernah luput dari tugas keulamaannya.
 
Sementara itu, harus diakui pula, bahwa upaya Raja Ali Haji dalam menerapkan kaidah-kaidah tradisi bahasa Arab dalam bahasa Melayum terbukti memperlihatkan beberapa hal yang kurang sesuai dan ada beberapa kelemahannya. Sungguhpun demikian, beliaulah orang pertama yang mencoba membagi kelas kata dalam bahasa Melayu dengan menggunakan konsep kelas kata tradisi bahasa Arab.
 
Dilihat dari aspek kesejarahan, hal itu memberi gambaran yang jelas bahwa pada masa itu pengaruh Islam di Riau terasa begitu kuat. Maka dalam konteks sejarah bahasa Indonesia, perjalanannya juga ditandai oleh kehadiran tradisi India (terutama dalam bahasa Jawa Kuna), tradisi Eropa yang hingga kini paling berpengaruh, serta tradisi Arab dengan tokohnya, Raja Ali Haji.
 
Raja Ali Haji meninggal tahun 1875 dalam usia 67 tahun. Ia telah meninggalkan warisan kita berupa karya-karyanya yang belum jelas berapa sebenarnya buah tangan beliau. Justru inilah tugas kita sekarang melacak dan memperkenalkan buah karyanya bagi dunia ilmu pengetahuan. Dalam hal ini pula, peranan para filolog akan sangat penting artinya, terutama dalam menanamkan rasa cinta terhadap khazanah budaya bangsanya yang masih terpendam.
***

*) Maman S. Mahayana, lahir di Cirebon, Jawa Barat, 18 Agustus 1957. Dia salah satu penerima Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (2005). Menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FS UI) tahun 1986, dan sejak itu mengajar di almamaternya yang kini menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI). Tahun 1997 selesai Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Pernah tinggal lama di Seoul, dan menjadi pengajar di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea Selatan. Selain mengajar, banyak melakukan penelitian. Beberapa hasil penelitiannya antara lain, “Inventarisasi Ungkapan-Ungkapan Bahasa Indonesia” (LPUI, 1993), “Pencatatan dan Inventarisasi Naskah-Naskah Cirebon” (Anggota Tim Peneliti, LPUI, 1994), dan “Majalah Wanita Awal Abad XX (1908-1928)” (LPUI, 2000). http://sastra-indonesia.com/2010/10/raja-ali-haji-bapak-kesusastraan-melayu/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita